Sendiri sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba
Mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Bayangkan bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untukku rindukan
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Kini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan kita pernah bersama
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Minggu, 30 September 2012
Jumat, 07 September 2012
Tentang penciptaan Harry Potter
Ide tentang Harry Potter pertama kali tercetus dalam pikiran J. K. Rowling ketika menaiki kereta api dari Manchester ke London
pada tahun 1990. Pada waktu itu, dia baru saja bercerai dan mengambil
inisiatif untuk menjadikan Harry Potter sebagai inspirasi hidupnya. Dia
menghabiskan waktu di dalam perjalanannya itu dengan memikirkan plot
yang lengkap tentang ceritanya itu. Di situs webnya, Rowling
menceritakan pengalamannya itu:
“ | Saya telah menulis hampir tanpa jeda sejak umur enam tapi sebelumnya saya tidak pernah merasa begitu bergairah akan suatu gagasan. Saya hanya duduk dan berpikir, selama empat jam (menunggu keterlambatan kereta api), dan semua detel bermunculan di otak saya, dan anak laki-laki ceking berambut hitam dan berkaca mata yang tidak menyadari bahwa ia adalah seorang penyihir menjadi semakin lama semakin nyata bagi saya. | ” |
Pada tahun 1995, buku pertama berjudul Harry Potter and Philosopher's Stone (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Harry Potter dan Batu Bertuah) selesai dibuat dan naskahnya
dikirimkan ke beberapa agen. Agen kedua yang dicobanya, Christopher
Little, menawari untuk mewakilinya dan mengirimkan naskah itu ke
Bloomsbury. Setelah delapan penerbit lainnya menolak Philosopher's Stone, Bloomsbury menawarkan uang muka £3.000 untuk menerbitkannya.
Walaupun Rowling menyatakan bahwa ia tidak memiliki target khusus mengenai umur pembacanya ketika ia mulai menulis buku-buku Harry Potter, penerbitnya pada permulaannya telah menetapkan target pembacanya antara umur sembilan hingga sebelas. Pada malam sebelum penerbitan, Joanne Rowling diminta oleh penerbitnya untuk menggunakan nama samaran
yang lebih netral-jender, supaya dapat menarik anak laki-laki dalam
jangkauan umur tersebut, karena mereka khawatir bahwa anak laki-laki
tidak akan tertarik membaca novel yang mereka ketahui ditulis oleh
seorang wanita. Ia memilih untuk menggunakan nama J. K. Rowling (Joanne
Kathleen Rowling), mengambil nama neneknya sebagai nama keduanya,
karena ia tidak memiliki nama tengah.
Buku pertama Harry Potter diterbitkan di Britania Raya oleh Bloomsbury pada Juli 1997. Di Amerika Serikat buku ini diterbitkan oleh Scholastic
pada September 1998, di mana Rowling menerima $105.000 untuk hak
penerbitan Amerika Serikat — sebuah nilai yang tidak biasa bagi sebuah
buku anak-anak yang dikarang oleh pengarang yang tidak dikenal (pada
saat itu). Khawatir bahwa para pembaca di Amerika tidak mengerti kata "philosoper" atau tidak menganggapnya sebagai tema magis (karena "Philosoper's Stone" atau batu filsuf adalah kata dalam bidang alkimia), Scholastic bersikeras untuk mengganti nama buku itu menjadi Harry Potter and the Sorcerer's Stone untuk pasar Amerika.
Selama hampir satu dasawarsa, Harry Potter telah mengalami
kesuksesan besar, tidak hanya karena resensi yang positif dan strategi
pemasaran penerbit Rowling, tetapi juga karena pembicaraan dari mulut
ke mulut di antara para penggemarnya, terutama di antara para remaja
laki-laki. Kalangan remaja laki-laki ini menjadi penting, karena selama
bertahun-tahun kalangan ini semakin tidak tertarik dengan bacaan yang
dianggap ketinggalan zaman ketimbang video game dan internet.
Penerbit Rowling berhasil menangkap kegairahan di kalangan remaja
laki-laki ini dan segera merilis keempat buku pertama berturut-turut
secara cepat, sehingga kegairahan mereka tidak sempat meredup ketika
Rowling bermaksud untuk istirahat menulis di antara rilis Harry Potter dan Piala Api dan Harry Potter dan Orde Phoenix, dan dengan segera terbentuklah grup pembaca yang loyal. Seri ini juga mendapatkan para penggemar dewasa, dengan diterbitkannya dua edisi untuk setiap buku Harry Potter
(di Kanada dan Britania Raya, tapi tidak di Amerika Serikat). Keduanya
memiliki naskah yang sama persis, tetapi dengan sampul yang berbeda,
untuk masing-masing edisi anak-anak dan dewasa.
Langganan:
Postingan (Atom)